BAB I
PENDAHULUAN
A.
Pengertian Moral
Istilah moral berasal dari kata Latin “mos” (moris),
yang berarti adat istiadat, kebiasaan, peraturan / nilai-nilai atau tata cara kehidupan. Sedangkan moralitas
merupakan kemauan untuk menerima dan melakukan peraturan. Perilaku
sikap moral berarti perilaku yang sesuai dengan kode moral kelompok sosial,
yang dikembangakan oleh konsep moral. Yang dimaksud dengan konsep moral ialah
peraturan perilaku yang telah menjadi kebiasaan bagi anggota suatu budaya.
Konsep moral inilah yang menentukan pola perilaku yang diharapakan dari seluruh
anggota kelompok.
Disamping
perilaku moral ada juga perilaku tak bermoral yaitu perilaku yang tidak sesuai
dengan harapan sosial karena sikap tidak setuju dengan standar sosial yang
berlaku atau kurang adanya perasaan wajib menyesuaikan diri, serta perilaku
amoral atau nonmoral yaitu perilaku yang tidak sesuai dengan harapan sosial
karena ketidak acuhan atau pelanggaran terhadap standar kelompok sosial.
B.
Faktor-Faktor
yang Mempengaruhi Perkembangan Moral
Perkembangan moral seorang anak banyak dipengaruhi oleh
lingkungan. Anak memperoleh nilai-nilai moral dari lingkungannya, terutama
orang tua. Dia belajar untuk mengenal nilai-nilai dan berperilaku sesuai dengan
nilai-nilai tersebut. Dalam mengembangkan moral anak, peran orang tua sangat
penting terutama ketika anak masih kecil. Beberapa sikap orang tua yang perlu
diperhatikan sehubungan dengan perkembangan moral anak sebagai berikut :
1. Konsisten
dalam mendidik anak
Ayah dan ibu harus memiliki
sikap dan perlakuan yang sama dalam melarang atau memperbolehkan tingkah laku
tertentu kepada anak.
2. Sikap
orang tua dalam keluarga
Secara tidak langsung sikap
orang tua terhadap anak, sikap ayah terhadap ibu, atau sebaliknya dapat
mempengaruhi perkembangan moral anak yaitu melalui proses peniruan (imitasi).
Sikap orang tua yang otoriter cenderung melahirkan sikap disiplin semu pada
anak. Sikap yang sebaiknya dimiliki oleh orang tua adalah sikap kasih sayang,
keterbukaan, musyawarah, dan konsisten.
3. Penghayatan
dan pengamalan agama yang dianut
Orang tua merupakan panutan
(teladan) bagi anak, termasuk disini panutan dalam mengamalkan ajaran agama.
Orang tua yang menciptakan iklim yang religious dengan member bimbingan tentang
nilai-nilai agama kepada anak maka anak akan mengalami perkembangan moral yang
baik.
4. Sikap
konsisten orang tua dalam menerapkan norma
Orang tua yang tidak
menghendaki anaknya berbohong maka mereka harus menjauhkan dirinya dari
perilaku berbohong. Apabila orang tua mengajarkan kepada anak agar berperilaku
jujur, bertutur kata yang sopan, bertanggung jawab atau taat beragama tetapi
orang tua sendiri menampilkan perilaku sebaliknya, maka anak akan mengalami
konflik pada dirinya, bahkan mungkin dia akan berperilaku seperti orang tuanya.
C.
Tahap-tahap Perkembangan Moral
Adapun tingkat dan tahap perkembangan moral yang dikenal diseluruh
dunia yang di kemukakan oleh kohlberg (1958) sebagai
berikut:
Tingkat
|
Tahap
|
1. Prakonvensional
Pada
tingkat ini aturan berisi aturan moral yang dibuat berdasarkan otoritas. Anak
tidak melanggar aturan moral karana takut ancaman atau hukuman dari otoritas.
Tingkat pra-konvensional dari penalaran moral umumnya ada pada anak-anak,
2. Konvensional
Semua
perbuiatan dianggap baik oleh anak sesuai dengan otoritas teman sebaya.
3. Pasca Konvensional
Aturan
dan institusi dari masyarakat tidak dipandang sebagai tujuan akhir tetapi
diperlukan sebagai subjek. Anak menaati aturan karena takut hukuman kata
hati.
|
1. Orientasi Terhadap Kepatukan dan
Hukuman
Pada
tahap ini anak hanya mengetahui bahwa aturan-aturan ini ditentukan oleh
adanya kekuasaan yang tidak bisa diganggu gugat. Anak harus menurut, atau
kalau tidak, akan mendapat hukuman.
2.
Orientasi
hedonistic adalah suatu perbuatan dinilai baik jika berfungsi sebagai alat
pemenuh kebutuhan dan kepuasan diri
3.
Orientasi
anak yang baik, tindakan dinilai baik jika menyenangkan bagi orang lain
4.
Orientas
keteraturan dan perilaku baik dengan menunaikan kewajiban, menghormati
otoritas dan memelihara ketertiban social
5.
Organisasi
control social legalistic, perbuatan dinilai baik jika sesuai perundang –
undangan
6.
Orientasi
kata hati, kebenaran ditentukan dengan kata hati
|
D.
Faktor
yang menyebabkan merosotnya moral
menurut Zakiyah Drajat
(1971 : 13), faktor-faktor penyebab dari kemerosotan moral dewasa ini
sesungguhnya banyak sekali, antara lain yang terpenting adalah :
1.
Kurang tertanamnya jiwa agama pada tiap-tiap orang dalam masyarakat
Keyakinan
beragama yang didasarkan atas pengertian yang sungguh-sungguh dan sehat tentang
ajaran agama yang dianutnya kemudian diiringi
dengan pelaksanaan ajaran-ajaran tersebut merupakan benteng moral yang
paling kokoh. Semakin jauh masyarakat dari agama, semakin susah memelihara
moral orang dalam masyarakat itu, dan semakin kacaulah suasana karena semakin
banyak pelanggaran-pelanggaran atas hak dan hukum.
2.
Keadaan masyarakat yang kurang stabil, baik
dari segi ekonomi,sosial, dan politik.
Ketidakstabilan
suasana yang melingkupi seseorang menyebakan gelisah dan cemas akibat tidak
dapatnya mencapai rasa aman dan ketentraman dalam hidup. Dengan demikian akan
terjadi banyak penyimpangan moral.
3.
Pendidikan moral tidak terlaksana menurut
semestinya
Jika
anak dilahirkan dan dibesarkan oleh orang tua yang tidak bermoral atau tidak
mengerti cara mendidik, ditambah pula dengan lingkungan masyarakat yang goncang
dan kurang mengindahkan moral, maka
sudah tentu hasil yang akan terjadi tidak menggembirakan dari segi moral.
4.
Suasana rumah tangga yang kurang baik
Tidak
rukunnya orang tua menyebabkan gelisah anak, mereka menjadi takut, cemas dan
tidak tahan berada ditengah-tengah orangtua yang tidak rukun. Maka anak-anak
yang gelisah dan cemas itu mudah terdorong kepada perbuatan-perbuatan yamg
merupakan ungkapan dari rasa hatinya, biasanya akan mengganggu ketentraman
orang lain.
5.
Diperkenalkannya secara populer obat-obat dan
alat-alat anti hamil
Seperti
kita ketahui bahwa usia muda adalah usia yang baru mengalami dorongan seksual
akibat pertumbuhan biologis yang dilaluinya, mereka belum mempunyai pengalaman
dan jika mereka juga belum mendapat didikan agama yang mendalam, mereka akan
mudah dibujuk oleh orang-orang yang tidak baik, yang hanya melampiaskan hawa
nafsunya. Dengan demikian, anak-anak muda akan menggunakan obat-obat dan
alat-alat anti hamil untuk memenuhi kemauan mereka sendiri yang mengikuti arus
darah mudanya tanpa terkendali.
6.
Banyaknya tulisan-tulisan, gambar-gambar,
siaran-siaran, kesenian-kesenian yang tidak mengindahkan dasar-dasar dan
tuntunan moral
Suatu
hal yang belakangan ini kurang mendapat perhatian kita ialah tulisan-tulisan,
gambar-gambar, siaran-siaran, kesenian-kesenian yang seolah-olah mendorong anak
muda untuk mengikuti arus mudanya.
Segi-segi moral dan mental kurang mendapat perhatian, hasil-hasil seni itu
sekedar ungkapan dari keinginan dan kebutuhan yang sesungguhnya tidak dapat
dipenuhi begitu saja. Lalu digambarkan dengan sangat realistis, sehingga semua
yang tersimpan didalam hati anak-anak muda diungkap dan realisasinya terlihat
dalam cerita, lukisan atau permainan tersebut. Inipun mendorong anak muda ke
jurang kemerosotan moral.
7.
Kurang adanya bimbingan untuk mengisi waktu
luang dngan cara yang baik, dan yang membawa kepada pembinaan moral
Suatu
faktor yang juga telah ikut memudahkan rusaknya moral anak-anak muda ialah
kurangnya bimbingan dalam mengisi waktu luang dengan baik dan sehat. Umur muda
adalah umur suka berkhayal, melamunkan hal yang jauh. Kalau mereka dibiarkan
tanpa bimbingan dalam mengisi waktunya maka akan banyak lamunan dan kelakuan
yang kurang sehat timbul dari mereka.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Aspek
perkembangan moral pada fase perkembangan anak-anak
1.
Fase Prasekolah (usia taman kanak-kanak)
Anak
usia prasekolah merupakan fase perkembangan individu sekitar 2-6 tahun. Anak
mulai memiliki kesadaran tentang dirinya sebagai laki-laki atau perempuan,
dapat mengatur diri dalam buang air (toilet training), dan beberapa hal yang
dianggap berbahaya (mencelakakan dirinya). Sedangkan untuk perkembangan
moralnya adalah sebagai berikut :
Pada masa ini anak sudah memiliki
dasar tentang sikap moralitas terhadap kelompok sosialnya (orang tua, saudara
dan teman sebaya). Melalui pengalaman berinteraksi dengan orang lain (orang
tua, saudara dan teman sebaya) anak belajar memahami tentang kegiatan atau
perilaku mana yang baik ataupun buruk. Berdasarkan pemahaman itu, maka pada
masa ini anak harus dilatih dibiasakan mengenai bagaimana dia harus bertingkah
laku (seperti mencuci tangan sebelum makan).
Pada saat mengenalkan konsep
baik-buruk atau menanamkan disiplin pada anak orang tua atau guru hendaknya
memberikan penjelasan tentang alasannya (seperti mengapa sebelum makan harus
cuci tangan). Penanaman disiplin disertai dengan alasan diharapkan akan
mengembangkan self control atau self discipline (kemampuan mengendalikan
diri atau mendisiplinkan diri berdasarkan kesadaran sendiri) pada anak. Apabila
penanaman disiplin ini tidak disertai penjelasan tentang alasannya atau
bersifat doktriner biasanya akan melahirkan sikap disiplin buta, apalagi jika disertai
dengan perlakuan kasar.
Dalam rangka membimbing perkembangan
moral anak pra sekolah ini, sebaiknya orang tua atau guru-guru TK, melakukan
upaya berikut :
a.
Memberikan contoh atau teladan yang baik
dalam berperilaku atau bertutur kata.
b.
Menanamkan kedisiplinan kepada anak dalam
berbagai aspek kehidupan seperti memelihara kebersihan atau kesehatan, tata
krama.
c.
Mengembangkan wawasan tentang nilai-nilai
moral kepada anak baik melalui pemberian informasi atau melalui cerita, seperti
tentang : riwayat orang-orang yang baik (para nabi dan pahlawan).
2.
Fase Anak Sekolah (Usia Sekolah Dasar)
Fase ini dimulai sejak anak-anak berusia 6-12 tahun atau
sampai seksualnya matang. Kematangan seksual ini sangat bervariasi baik antara
jenis kelamin maupun antarbudaya yang berbeda. Anak-anak sudah lebih menjadi
mandiri. Pada masa inilah anak paling peka dan siap untuk belajar dan dapat
memahami pengetahuan serta selalu ingin bertanya. Sedangkan untuk perkembangan
moralnya adalah sebagai berikut :
Anak mulai mengenal konsep moral
pertama kali dari lingkungan keluarga. Pada mulanya mungkin anak tidak mengerti
konsep moral ini, tetapi lambat laun anak akan memahaminya. Usaha menanamkan
moral sejak usia dini merupakan hal yang seharusnya karena informasi yang
diterima mengenai benar-salah atau baik-buruk akan menjadi pedoman tingkah
lakunya kemdian hari.
Pada usia sekolah dasar, anak sudah
dapat mengikuti pertautan atau tuntutan dari orang tua atau lingkungan
sosialnya. Pada akhir usia ini, anak sudah memahami alasan yang mendasari suatu
peraturan. Di samping itu, anak sudah dapat mengasosiasikan setiap bentuk
perilaku dengan konsep benar-salah atau baik-buruk. Misalnya, dia menilai bahwa
perbuatan nakal, berdusta, dan tidak hormat kepada orang tua merupakan suatu
yang salah atau buruk. Sedangkan perbuatab jujur, adil dan sikap hormat kepada
orang tua dan guru merupakan sesuatu yang benar atau baik.
B.
Aspek
perkembangan moral pada fase perkembangan remaja
Fase
remaja merupakan segmen perkembangan individu yang sangat penting yang diawali
dengan matangnya organ-organ fisik (seksual) sehingga mampu bereproduksi.
Remaja merupakan fase perkembangan individu sekitar 13-20 tahun. Perkembangan
moral remaj adalah sebagai berikut :
Melalui
pengalaman atau berinteraksi sosial dengan orang tua, guru, teman sebaya atau
orang dewasa lainnya, tingkat moralitas remaja sudah lebih matang jika
dibandingkan dengan usia anak. Mereka sudah lebih mengenal tentang nilai-nilai
moral atau konsep-konseo moralitas.
Pada
masa ini muncul dorongan untuk melakukan perbuatan yang dapat dinilai baik oleh
orang lain. Remaja berperilaku bukan hanya untuk memenuhi kepuasan fisiknya
tetapi psikologisnya (rasa puas dengan peneriamaan dan penilaian positif dari
orang lain tentang perbuatannya).
Dikaitkan
dengan perkembangan moral dari Lawrence Kolhberg, menurut Kusdwirarti Setiono
(Fuad Nashori, Suara Pembaharuan,7
Maret 1997) pada umunya remaja berada dalam tingkatan konvensional atau berada
dalam tahap ketiga (berperilaku sesuai dengan tuntutan dan harapan kelompok)
dan keempat (loyalitas terhadap norma).
Berdasarkan
penelitian yang dilakukan oleh Kusmara (Mahasiswa PPB FIP IKIP Bandung)
terhadap siswa kelas II SMA Negeri 22 Bandung, pada tahun 1995 ditemukan bahwa
tingkatan moral mereka itu bersifat menyebar yaitu pada tingkat
pra-konvensional (14 %), konvensional (38 %), dan pasca-konvensional (48 %).
Jumlah respondennya adalah sebanyak 120 orang.
Dengan
masih adanya siswa SMU (remaja) pada tingkat pra-konvensional atau konvensional
maka tidaklah heran apabila diantara remaja masih banyak yang melakukan
dekadensi moral atau pelecehan nilai-nilai seperti tawuran, tindak criminal,
minum minuman keras dan hubungan seks di luar nikah.
Keragaman
tingkat moral remaja disebabkan oleh factor penentunya yang beragam juga. Salah
satu penentu atau yang mempengaruhi
perkembangan moral remaja adalah orang tua. Menurut Adam dan Gullotta
(183 : 172-173) terdapat beberapa hasil penelitian yang menunjukkan bahwa orang
tua mempengaruhi moral remaja, yaitu sebagai berikut :
1.
Terdapat hubungan yang signifikan antara
tingkat moral remaja dengan tingkat moral orang tua.
2.
Ibu-ibu remaja yang tidak nakal mempunyai
skor yang lebih tinggi dalam tahapan nalar moralnya daripada ibu-ibu yang
nakal; dan remaja yang tidak nakal mempunyai skor yang lebih tinggi dalam
tahapan nalar moralnya daripada remaja yang nakal.
3.
Terdapat dua factor yang dapat
meningkatkan perkembangan moral remaja
yaitu:
a.
Orang tua yang mendorong anaknya untuk
berdiskusi secara demokratik dan terbuka mengenai isu.
b.
Orang tua menerapkan didiplin terhadap anak
dengan teknik berfikir induktif.
C.
Contoh kasus perkembangan moral pada fase perkembangan anak
Perkembangan pada anak tidak sedik dipengaruhi oleh lingkungan
disekitarnya. Di usianya yang masih muda mereka sudah mulai mencontoh tingkah
laku para orang dewasa seperti cara berbicara para orang dewasa. Terkadang para
orang dewasa mengatakan kata-kata yang tak pantas di katakan atau dapat
dikatakan kata-kata kasar. Kata-kata kasar itu ditiru oleh para anak kecil
karena mereka tidak tau mana yang baik dan tidaknya untuk diucapakan dan
semua itu menggangu perkembangan moral
pada fase anak-anak. Semakin sering kata-kata itu didengar oleh anak kecil maka
mereka akan berfikir bahwa kata-kata itu biasa dan boleh diucapkan bahkan tidak
sedikit yang terbawa sampai fase-fase selanjutnya.
Hal terjadi kerana kurangnya perhatian dari orang tua dan pengawasan pada pola perkembangan
anaknya. Selain itu adanya oknum-oknum yang secara tidak sadar mengajari
anak-anak untuk berkata-kata kasar. Dan banyak
faktor lain yang mempengaruhi.
Para orang tua harus lebih mengawasi
dan memperhatikan anaknya agara pola-pola perkembangan yang tidak baik dapat
dicegah dan ditanggulangi. Selain itu pendidik formal juga dapat membantu
memberikan pengarahan mana kata-kata yang pantas dan tidak untuk diucapkan.
D.
Contoh kasus perkembangan moral pada fase perkembangan
remaja
Seiring dengan perkembangan zaman satu persatu mulai bermunnculan
sosok-sosok yang menjadi wabah dan idola
para remaja salah satunya adalah demam
korea. Para remaja mulai mengagumia mereka mulai dari tata rias, cara
berpakain, hingga kehidupan para idola itu. Dengan mewabahnya demam korea para
remaja mulai mengikuti apa yang menjadi budaya di korea itu hingga apa pun yang
dilakukan idolanya itu menjadi daya tarika utuk ditiru bahkan menjadi
transcenter. Demam korea ini dapat mengganggu perkembangan moral pada fase remaja karena mereka bisa saja melupakan
budaya yang ada di Indonesia dan mnganut
budaya-budaya luar yang tidak sesuai dengan
budaya Indonesia.
Tak sedikit remaja yang memakai pakaian yang bermodelkan korea style tanpa perduli apakah pakaian itu pantas
di gunakan, dan cocok dengan budaya di Indonesia.
Hal ini berawal dari banyaknya remaja
yang kurang mengerti budaya di Indonesia dan juga kurangnya bimbingan dari
orang tua masing-masing.
Pengaruh-pegaruh budaya luar ini
dapat di kurangi dengan adanya pengarahan dari para orang tua menganai apa yang
boleh digunakan dan tidak. Selain itu adanya penyaringan budaya-budaya luar
yang masuk ke Indonesia dan disesuaikan dengan budaya yang ada di Indonesia.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Dari kasus
yang sudah dijelaskan diatas, peran orang tua, guru dan lingkungan sangat
menunjang perkembangan moral anak. Selain itu kebiasaan yang diajarkan pada
anak juga berpengaruh dalam perkembangan moralnya. Jika anak biasa diajarkan
baik maka mereka akan sulit terpengaruh dengan lingkungan yang buruk bahkan
walau mereka mempunyai sifat bawaan yang buruk, mereka akan berusaha
merubahnya.
DAFTAR PUSTAKA
Jahja, Yudrik. 2011. Psikologi Perkembangan. Jakarta :
Kencana
Yusuf LN, Syamsu. 2011. Psikologi Perkembangan Anak & Remaja. Bandung
: PT. Remaja Rosdakarya
Desmita. 2009. Psikologi Perkembangan Peserta didik. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya
Darajat, Zakiah. 1971. Membina Nilai-Nilai Moral di Indonesia.
Jakarta : Bulan Bintang
Sarwono, Sarlito
W. 2012. Psikologi Remaja. Jakarta :
PT. Raja Grafindo Persada